78 Calon Jemaah Haji Indonesia Stress Berat
Selain soal pemondokan dan terlambatnya maskapai, Tim Pengawas Haji DPR RI gelombang kedua menemukan adanya kelemahan kontrol kesehatan terhadap jamaah haji. Kontrol di Puskesmas ataupun rumah sakit rujukan haji di Indonesia disinyalir sebagai penyebab stressnya 78 jemaah haji Indonesia yang sudah tiba di Makkah.
“Harusnya dokter-dokter di Puskesmas atau Rumah Sakit rujukan haji sudah mempunyai catatan medis calon jemaah haji, sehingga bila terjadi indikasi kesehatan jiwa maka bisa dibatalkan keberangkatannya,” demikian kata Wakil Ketua Komisi VIII Ahmad Zainuddin seusai meninjau Balai Pengobatan Haji Indonesia di Makkah tanggal 13 November 2010.
Pengamatan langsung di Balai Pengobatan Haji menemukan 78 jamaah haji yang sebagian besar wanita mengalami gejala stress dan gangguan kejiwaan. Hal itu terlihat, misalnya, ada pasien wanita yang tersenyum sendiri. Bahkan ada pasien yang berdiri di kasur dengan baju pendek. Menurut dokter yang merawat, gejala kejiwaan yang dialami calon jamaah haji tersebut sudah ada terindikasi sebelum diberangkatkan di tanah suci.
“Jika calon jemaah haji mengalami gangguan jiwa, maka secara hukum agama Islam kewajiban menunaikan haji menjadi gugur,” tambah Ahmad Zainuddin.
Ada juga calon jamaah haji Indonesia, lanjut Zainuddin, yang menjadi pasien dan ditempatkan di ruang isolasi khusus karena masih berontak dan menyerang orang lain. Saat ini, Balai Pengobatan Haji Indonesia di Makkah hanya memiliki tiga orang Psikiater untuk menangani calon jemaah haji yang mengalami gangguan jiwa.
“Perlu ada perhatian khusus soal kesehatan calon haji pada tahun yang akan datang. DPR akan mengevaluasi kejadian ini,” kata Zainuddin sebelum berangkat wukuf di ‘Arafah.
Proses Pemberangkatan Haji Melelahkan
Banyak calon jamaah haji Indonesia saat sampai di Arab Saudi mengalami kelelahan bahkan hingga gangguan kesehatan dan jiwa. Salah satu penyebab kelelahan adalah panjangnya proses keberangkatan dari tanah air menuju Arab Saudi. Beberapa calon haji mampu melalui proses ini, namun beberapa yang lain menjadi stress dan mengalami dis-orientasi.
Ketua Tim Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia DPR RI Ahmad Zainuddin mengungkapkan hal tersebut saat berbincang dengan para calon jamaah haji di Aziziah Janubiyah, dekat Mina, Sabtu(13/11).
“Pemerintah harus memahami kondisi psikologis calon jemaah haji mulai berangkat hingga sampai di Arab Saudi sehingga kekhusukan ibadah haji bisa terjaga,” tambah Wakil Ketua Komisi VIII Ahmad Zainuddin.
Ahmad Zainuddin meminta agar proses keberangkatan pada haji yang akan datang lebih disederhanakan dan dipersiapkan secara matang. “Jika proses keberangkatan ribet begitu ya ibadahnya tidak khusus, kelelahan bahkan menjadi stress, kami mendukung agar proses keberangkatan disederhanakan dan dipersiapkan dengan matang,” kata Ahmad Zainuddin.
Anggota Timwas Haji DPR lainnya, Tetty Kadi Bawono menambahkan, calon jamaah haji jangan dibuat lelah dan stress. Jangan terlalu banyak acara seremonial dan menguras tenaga sebelum berhaji. “Proses keberangkatan harusnya lebih sederhana dan lebih menyenangkan, bukan dibuat capek dan stress,” imbuh Tetty Kadi Bawono di Makkah.
Tetty, yang juga artis tahun 1970-an itu mengungkapkan, calon jemaah haji yang berasal dari daerah pedesaan merasakan kelelahan berat pada proses pemberangkatan. Sebagaimana para calon jamaah haji yang berasal dari Kabupaten Bandung. Mereka mengaku diminta berkumpul di pendopo kabupaten untuk mengikuti seremonial sejak pukul 9-17 sore.
“Setelah itu mereka berangkat ke Wisma Haji di Pondok Gede, Bekasi selama tiga jam. Sampai di wisma baru jam tujuh malam. Disana mereka disibukkan dengan kekisruhan pembagian kunci, cek kesehatan, antri toilet dan baru bisa istirahat sekitar jam 2 pagi,” papar Tetty.
Masalah terus terjadi, lanjut Tetty, hingga calon jamaah haji sampai di pemondokan. Ada pemondokan yang belum siap ditempati dan kurang daya tampungnya. Kamar yang seharusnya dihuni Sembilan orang, ternyata harus ditempati hingga 16 orang. (si)